Akhir pekan ini, saya terpikir untuk
menghabiskan waktu di luar rumah sebelum menjalani rutinitas yang menjemukan.
Apalagi di tempat tinggal saya, Gresik, didominasi oleh limpahan polusi dari
banyaknya industri dan membuat saya tidak betah di rumah. Lalu saya mengajak
seorang teman untuk pergi ke Surabaya.
Berangkatlah kita ke Surabaya dengan
menggunakan motor. Matahari cukup terik waktu itu. Pelan-pelan kita berjalan,
mengingat jalan yang kita lalui penuh lubang dan bergelombang, juga diselimuti
polusi karena sepanjang jalan merupakan kawasan industri.
Di perjalanan kita berbincang cukup lama, hingga
pada akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke destinasi wisata yang masih terbilang
baru, Jembatan Suroboyo. Jembatan yang diresmikan pada 19 Juli 2016 ini terletak
di kawasan pesisir Kenjeran. Selain itu, jembatan ini juga tidak jauh dari wisata
kampung nelayan, Sentra Ikan Bulak.
Sesampai di sana, kita melewati jembatan
itu dan melihat banyak orang berhenti untuk sekadar selfie dengan keluarga
maupun pasangan. Walaupun banyak rambu dilarang parkir dan dilarang berhenti,
mereka tetap saja mengabaikannya. Kemudian, di tengah jembatan juga terlihat
Satpol PP ikut menertibkan para pengunjung yang berhenti di sepanjang jalan jembatan
itu.
Setelah itu, kita memarkir motor yang
letaknya di ujung jembatan. Untuk berjalan ke tengah jembatan, saya rasa cukup
melelahkan di tengah teriknya matahari yang menyengat ini. Tapi berbekal semangat
untuk mendapatkan foto yang bagus, kita terus berjalan sampai tepat di tengah
jembatan.
Tiba di sana, saya banyak mengambil gambar
di sekitar. Seperti muda-mudi yang sedang asyik selfie, juga seorang petugas satpol
PP yang sedang berdiam diri. Lalu saya melayangkan pandangan ke bawah, terlihat
keramaian yang memang didominasi oleh keluarga yang berlibur, pun ada yang
menaiki perahu untuk menikmati suasana Kenjeran di bawah sinar matahari yang
tengah panas-panasnya.
Sepertinya, saya datang ke Jembatan
Suroboyo ini pada waktu yang tidak tepat. Karena tertulis jadwal anjungan hanya
dibuka pada jam 06.00-10.00 pagi dan 15.00-17.00 sore. Tapi saya tidak menyesal,
sebab saya datang ke situ memang tidak direncanakan terlebih dahulu dan belum sempat
browsing sana-sini.
Setelah puas memotret sana-sini, saya dan
teman saya memutuskan untuk pulang, karena memang kondisinya panas dan tidak memungkinkan
untuk bertahan berjam-jam di situ. Lagi pula, teman saya juga tampak kelelahan.
Sebelum kita pulang, saya mendapati banyak
penjual aneka jajanan di sekitar situ. Mampirlah kita di salah satu tempat
penjual tersebut. Kemudian saya bertanya pada ibu penjualnya, jajan apa sih
yang khas di sini. Si ibu yang sedang melayani pembeli lain pun menjawab, teripang.
Tanpa berpikir panjang saya membelinya seperempat kilo dengan harga yang cukup
terjangkau, Rp. 38.000. Saya sempat mencicipinya, rasanya gurih seperti kerupuk
kulit.
Seusai tiba di rumah, saya banyak browsing
tentang Jembatan Suroboyo. Air Mancur Menari, ialah yang banyak ditunggu oleh
pengunjung. Namun sayangnya, Air Mancur Menari hanya bisa dilihat pada hari
Sabtu malam, jam 20.00-21.00 saja.
Lain waktu bila ada kesempatan untuk kembali,
saya akan ke situ lagi untuk lebih mengeksplor Jembatan Suroboyo dan kawasan
sekitar yang belum saya jajaki.
Ini cuplikan video yang saya buat waktu itu.
-VIR111-
Ini cuplikan video yang saya buat waktu itu.
-VIR111-
No comments:
Post a Comment